PkM WHN : Penyuluhan Tentang Bahaya Diare pada Balita

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus, terjadi di dunia pada sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun.

Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia.

Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dankondisi rumah.

Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas. Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. materi tersebut diatas adalah salah satu yang dibahas dalam penyuluhan. Dimana penyuluhan ini memiliki tujuan dan luaran yang jelas, Setelah mengikuti kegiatan diharapkan warga dapat memahami dan mengerti tentang Diare. Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat mengerti dan memahami tentang diare serta mampu melakukan pencegahan dan penanganan pertama bila terjadi diare.

 Kegiatan penyuluhan dilaksanakan tanggal 16 Desember 2019 dimulai pada jam 16.00 sampai dengan 17.30 WIB. Koordinasi dari Tim Pelaksana yang terdiri oleh: Ketua Tim Pengusul: Dr. Roni Subrata,Sp.Og., Anggota: Wiqodatul Ummah,Sst.,M.P.H, para mahasiswa Dominggus Suares, Dormis Inapala, Eka Puspita, Elawati, Elisabet Bali Ate

Waktu penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan ini dilakukan di balai desa Watugede. Peserta yang hadir sebanyak 35 Orang Peserta penyuluhan tampak kooperatif dalam kegiatan penyuluhan. Kegiatan berupa penyuluhan kesehatan, diskusi dan Tanya jawab, pembagian leaflet. Berdasarkan hasil kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini berlangsung maksimal, terdiri dari ibu-ibu yang memiliki balita dan perangkat desa.. Peserta penyuluhan bisa menjawab dan mengulang pertanyaan penyaji.